G20 Dalam Dunia Pendidikan

Rabu, 09 Februari 2022

Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologo (Kemndikbudristek), mepimpin kelompok kerja Pendidikan atau Education Working Group (EdWG) dalam pertemuan G20 tahun 2022. Dalam dunia pendidikan ada empat isu yang diangkat dalam forum. G20 merupakan forum kerja sama Internasional yang terdiri dalam 19 negara utama dan Uni Eropa pada tahun 2022. Indonesia memegang presidensi G20 selama masa presidensi. Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan. Isu pendidikan pembahasan dalam G20

  1. Kualitas Pendidikan untuk semua Iwan Syahril sebagai ketua kelompok kerja pendidikan G20 mengatakan, isu kualitas pendidikan untuk semua merupakan penegasan kembali kepada komitmen Indonesia untuk mewujudkan kualitas pendidikan bagi semua golongan.

"Jadi pendidikan ini inklusif untuk hal yang sangat luas, bukan hanya buat anak disabilitas, tapi juga kelompok-kelompok marjinal yang rentan," ujar Iwan saat meninjau Sekretariat EdWG G20 di Kantor Kemendikbudristek, pada Selasa, 11 Januari 2022, seperti yang dilansir dari laman Kemendikbudristek, Sabtu 15, Januari 2022.

Dalam komitmen juga menegaskan keberpihakan Indonesia dalam menjalankan Sustainable Development Goal (SDG) 4 tahun 2030, bertujuan pendidikan global. Di mana diburuhkan pemulihan pendidikan pascapandemi Covid-19

  1. Teknologi Digital dalam Pendidikan Menurut Iwan Kemendikbudristek berkaitan dengan teknologi digital dalam pendidikan, telah terjadi akselerasi yang luar biasa dalam pemanfaatan teknologi digital di dunia pendidikan selama pandemic Covid-19. Iwan menyebutkan platform Guru belajar dan Guru berbagi sudah menjangkau lebih dari 70% guru di sekolah di Indonesia.

ucap Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK),"Jadi guru-gurunya pada ikut komunitas Guru Belajar dan Guru Berbagi, bahkan 40 persen guru di daerah 3T juga pada ikut. Jadi yang tadinya kita pikir daerah 3T itu aksesnya sulit, ternyata ada resiliensi yang ditunjukkan guru-guru kita,"

Dalam isu kedua ini membahas penggunaan teknologi digital, menjawab dalam permasalahan akses, kualitas dan keadilan social di bidang pendidikan.

  1. Solidaritas dan Kemitraan Isu ini menegaskan tentang komitmen Indonesia untuk dapat bekerja sama dengan negara lain dan memiliki rasa solidaritas dalam suatu kelompok, dikaitkan dengan budaya gotong royong bangsa Indonesia.

Iwan mengatakan,"Jadi gotong royong itu kan kearifan budaya Indonesia dimana jika kita melihat masalah di komunitas kita, dan meskipun itu bukan masalah kita, tapi kita tetap harus bantu. Jadi budaya ini juga ingin kita tonjolkan sekaligus mengangkat budaya Indonesia yang bisa kita tawarkan untuk jadi solusi dalam konteks reimagining for the future."

  1. Masa Depan Dunia Kerja Pascapandemi Covid-19 Dalam isu pendidikan terakhir, Kemendikbudristek berkaitan dengan masa depan dunia kerja atau future of work. Prediksi mengenai kebutuhan di dunia kerja pasca pandemi Covid-19 akan mengalami perubahan antara kebutuhan yang dieperlukan untuk dunia masa kini dan masa depan.

Dunia harus berpikir ulang bagaimana peran pendidikan dalam dunia kerja dan relevansinya atau link and match, yang diterapkan dalam pendidikan vokasi.

"Mudah-mudahan empat isu ini bisa kita kawal. Dan kemarin kita sudah melakukan meeting dengan Sherpa dan tanggapannya sangat baik dari berbagai negara yang sudah memberikan pandangan. Umumnya mereka melihat empat isu ini sangat relevan. Nanti akan kita tajamkan lagi. Mudah-mudahan kita bisa membuat sebuah kesepakatan antara menteri-menteri pendidikan tentang apa yang bisa kita lakukan atau call to action dalam menyikapi kondisi untuk recover together, recover stronger," ucap Iwan.

Untuk pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan, Smart E School merupakan platform yang bisa digunakan untuk Guru belajar dan Guru berbagi, Smart E School bisa digunakan dimana pun, dengan perangkat teknologi apapun.Smart E School dapat menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Smarteschool dapat mengintergrasikan seluruh proses pembelajaran daring maupun tatap muka, sekolah dengan paperless. Mengintergrasikan manajemen perpustakaan dan materi pembelajaran dengan sistem pengawasan kegiatan belajar/tugas siswa yang efektif serta terdata, dengan Google Meet dan CCTV yang lebih efektif daripada tatap muka. Sistem mengerjakan tugas berbasis computer yang dilengkapi kecerdasan buatan untuk mengefektifkan pendaaan kemandirian siswa/pengawasan ditambah sistem manajemen nilai sampai fitur pelaporan yang memudahkan guru, manajemen sekolah, orang tua murid dan murid memantau data-data belajar, ujian serta kegiatan terkait lainnya. Semoga informasi diatas bermanfaat bagi kita semua!


Bagikan

Awali Kesuksesan Sekolah Anda dengan Smarteschool